Bakat
tidak sama dengan kecerdasan. Bakat lebih mengacu pada motorik maupun
keterampilan yang ditampilkan anak. Dengan kata lain, bakat bisa
terlihat oleh orang lain.
Cara yang dilakukan adalah
terus-menerus mengasah bakat melalui latihan. Bakat tidak akan
berkembang bila tak ada penguat, sehingga kemudian hilang. Selain bakat,
mereka juga mempunyai minat terhadap bidang yang digeluti. Adanya minat
juga akan menguatkan bakat tersebut.
Sedikit Bantuan
Bagaimana
bisa mengetahui kalau anak kita berbakat? Menurut Dra. Clara Kriswanto,
MA, CPBC, psikolog dari Jagadnita Consulting, anak-anak yang berbakat
umumnya lebih cepat menguasai bidang tertentu dibanding anak lain, tanpa
mengeluarkan usaha keras.
Contohnya anak yang berbakat
menyanyi, akan lebih mudah mengenali not, ketajaman nadanya juga bagus.
Anak yang berbakat dalam bidang linguistik atau bahasa, bisa meniru atau
menghafal bahasa asing lebih cepat.
Begitu anak yang mempunyai
bakat menggambar atau melukis. Kualitas garis yang dimiliki anak
tersebut akan terlihat lebih halus. Mereka mengerti warna, komposisi
yang dibuat juga lebih bagus dan menarik.
Anak yang berbakat
juga bisa mempelajari sesuatu dengan cara berbeda dibanding anak lain.
“Anak berbakat hanya memerlukan sedikit bantuan dari orang dewasa.
Mereka kerap memecahkan masalah dengan caranya sendiri,” ungkap
perempuan yang menyelesaikan MA dalam bidang Applied Anthropology &
Community and Youth Work Goldsmith College University of London.
Anak
yang senang mengutak-atik mainan merupakan wujud dari minatnya terhadap
benda tersebut. Baginya, mengutak-atik mainan merupakan eksplorasi dari
keingintahuannya lebih lanjut.
Anak yang mempunyai bakat
biasanya juga mampu memotivasi diri sendiri untuk mempelajari hal-hal
yang sangat disukainya. Anak yang senang bermain piano atau berenang tak
hanya berlatih saat gurunya datang. Mereka akan berlatih piano atau
berenang tanpa disuruh.
“Idealnya, bakat yang dimiliki oleh anak
sejalan dengan minatnya. Dengan begitu, potensi atau kemampuan yang
dimiliki anak akan tergali secara optimal, sehingga anak mampu
berprestasi,” tutur Clara.
Bangkitkan Minat
Sayangnya
tak semua bisa berjalan beriringan antara bakat dan minat. Ada anak
berbakat yang ternyata tidak berminat dengan bakat yang dimilikinya.
Bila ini terjadi, kata psikolog lulusan UI ini, diperlukan dukungan
lebih banyak dari orangtua, agar bakat anak bisa terasah secara optimal.
Kalau tidak mendapat dukungan dari orangtua atau dibangkitkan
minatnya, bakat yang dimiliki anak tidak akan berkembang. Bisa saja anak
tersebut agak lambat untuk mengembangkan kemampuannya, terutama ketika
menyadari bahwa ia mempunyai bakat dalam bidang tertentu.
Madonna
contohnya. Di usia 40 tahun, saat sudah mempunyai dua anak, ia membuat
buku anak. Bakat yang dimilikinya baru disadari saat dirinya menjadi
seorang ibu.
Sebenarnya hal serupa juga bisa terjadi pada anak yang
mempunyai minat dalam bidang tertentu, tetapi tidak berbakat. Contohnya
anak ingin mengikuti Indonesia Idol, tetapi tidak mempunyai bakat
menyanyi. Nah, pada anak tipe ini, dibutuhkan usaha yang lebih keras
dibandingkan anak berbakat. Caranya tentu saja dengan mengikuti les
vokal untuk mendapat suara yang baik.
Yang penting, tambah
Clara, orangtua perlu memperkaya minat anak. Jangan sampai anak hanya
terpaku dengan satu minat saja. Anak yang berminat pada sepakbola,
misalnya, sebaiknya juga dikenalkan dengan kegiatan lain.
“Katakan
pada anak bahwa olahraga tidak hanya sepakbola. Masih ada kegiatan
lain, seperti seni, yang bisa dikenalkan,” kata Clara.
Cara mudahnya adalah dengan mengenalkan anak kepada teman-teman sebaya yang mempunyai beragam minat dan bakat.
Lakukan Tes Bakat
Ada beberapa cara untuk mengenali bakat anak, yaitu:
1. Melihat tingkah laku anak. Kegiatan apa yang sering dilakukannya? Anak lebih berminat pada hal-hal apa?
2. Mengikuti perkembangan anak dengan cermat.
3.
Memberikan berbagai macam stimulus atau rangsangan kepada anak,
misalnya dengan memberikan les atau permainan yang variatif.
4.
Melakukan tes psikologi (tes bakat) untuk melihat kelebihan dan
kelemahan anak. Tes ini bisa dilakukan saat anak berusia 7 tahun atau
saat masuk sekolah. Pada usia tersebut sudah terlihat bakat serta minat
anak.
Pahami Perkembangan Anak
Menurut Dra. Clara Kriswanto, MA, CPBC, ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua saat memberikan les untuk anak.
1. Tidak mengutamakan pencapaian target. Penting diingat bahwa les diberikan sebagai upaya pengenalan kegiatan kepada anak.
2.
Les sebaiknya diberikan oleh guru yang memahami perkembangan anak.
Jangan sampai guru memberi hukuman saat anak tidak bisa mengikuti les.
Clara mencontohkan, saat anaknya harus les piano, selalu menangis bila
sudah sampai di tempat les. Setelah ditilik, rupanya guru les kerap
mencubit atau memukul tangan anaknya bila tidak bisa mengikuti instruksi
sang guru.
3. Pastikan anak tetap memiliki waktu yang seimbang untuk bermain dan istirahat.
4. Jangan memaksakan kehendak kepada anak. Yang harus diutamakan adalah minat anak.
5. Tetap pantau perkembangan anak.
6. Upayakan untuk mengembangkan semua aspek kemampuan anak.
Bakat Saja Tidak Cukup!
Psikolog
Clara Kriswanto menegaskan bahwa bakat saja tidak cukup. Setidaknya
diperlukan tiga hal lain yang akan mengasah potensi anak :
a. Harus ada dukungan dari orangtua maupun lingkungan
Dukungan
yang diberikan tak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dukungan
moril. Memberikan pujian (tanpa berlebihan dan terlalu sering) saat anak
menunjukkan kemampuan juga menjadi bentuk dukungan. Bentuk dukungan
juga bisa diberikan dengan tidak membanding-bandingkan anak dengan
saudara atau temannya, apalagi sampai mendapat label negatif.
b. Tidak berhenti berusaha
Kalau
anak tidak berminat, padahal mempunyai bakat di bidang seni atau
olahraga, hendaknya orangtua tidak menyerah. Bisa saja anak merasa malas
karena terlalu banyak les, hingga kelelahan. Ada baiknya tidak
mengikutkan les terlalu banyak bagi anak. Orangtua hendaknya tidak
memaksakan kehendak pada anak. Hukuman fisik seperti mencubit atau
memukul saat anak tidak berlatih harus dihindari. Hukuman dapat membuat
anak tidak tertarik pada kegiatan tersebut.
c. Berikan fasilitas yang memadai
Fasilitas yang diberikan tidak harus selalu mahal. Sediakan fasilitas sesuai kemampuan orangtua.
sumber,,,